Dalam kehidupan bermasyarakat, kita hidup dalam berbagai macam budaya, ideologi dan juga keyakinan masing-masing. Budaya merupakan sesuatu yang telah ada sejak lama dan masih berjalan hingga saat ini. Secara garis besar, contoh budaya politik terbagi atas 3 macam, yaitu budaya politik parokial, budaya politik partisipan dan budaya politik kaula.
Namun, yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah perbedaan politik parokial dan partisipan. Apa sajakah perbedaan dari kedua budaya politik tersebut?
1. Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan pada suatu negara biasanya mencerminkan tingkat perkembangan negara tersebut. Dari sini terlihat jelas perbedaan politik parokial dan partisipan dari sektor pendidikan.
Pada negara dengan budaya politik parokial mayoritas masyarakatnya tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebagian besar dari mereka rata-rata hanya lulusan SD, untuk tingkat SMP dan SMA hanya beberapa saja. Berbeda dengan negara yang menganut budaya partisipan.
Mayoritas masyarakatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan mendapatkan pendidikan karakter di sekolah. Kebanyakan dari mereka adalah lulusan SMA/SMK, bahkan jika mereka memiliki uang untuk melanjutkan studi, biasanya sampai jenjang perkuliahan.
2. Pekerjaan
Dari sektor pekerjaan, pada budaya politik parokial tingkatan dalam mendapatkan atau bekerja cukup rendah. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja kasar. Pekerja kasar yang dimaksudkan disini adalah bekerja sebagai kuli bangunan, serabutan dan lain sebagainya.
Tidak jarang pula dari mereka juga tidak bekerja secara tetap dan hanya saat-saat tertentu seperti proyek. Kondisi ini disebabkan karena faktor pendidikan mereka yang rendah pula. Akibatnya mereka tidak dapat mencari pekerjaan yang lebih layak untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Namun, kondisi seperti ini mau tak mau tetap dijalani oleh masyarakat. Pada budaya politik partisipan, sebagian besar masyarakatnya memiliki tingkat mendapatkan dan bekerja yang tinggi. Masyarakat yang hidup dengan pola ini biasanya memiliki pekerjaan yang mapan dengan tunjangan-tunjangan lainnya.
Mengapa demikian?. Kondisi ini didasari oleh faktor pendidikan mereka yang tinggi pula. Sehingga sebagian besar dari mereka mudah dalam mencari pekerjaan tetap bahkan seumur hidup.
3. Tempat Tinggal
Perbedaan politik parokial dan partisipan selanjutnya adalah pada tempat tinggal mereka. Pada negara yang menganut budaya politik parokial masyarakatnya hidup di daerah yang terpencil atau di sebuah desa. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah dengan aktivitas yang hampir sama setiap harinya.
Ada yang berprofesi sebagai pekebun, petani, peternak dan lain sebagainya. Kondisi ini serta tingkat pendidikannya yang rendah membuat keikutsertaan dalam pemerintah sangatlah rendah. Bahkan mereka seolah tidak terlalu mempedulikan sikap dan contoh kebijakan publik di masyarakat.
Berbeda dengan mereka yang menganut sistem politik partisipan. Kebanyakan dari mereka tinggal di perkotaan dengan kemajuan teknologi dan beberapa fasilitas publik yang memadai. Aktivitas yang mereka kerjakan juga beragam sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Kehidupan di kota dapat dikatakan lebih bervariasi dibanding masyarakat yang hidup di desa. Mereka yang tinggal di kota memiliki tingkat partisipasi yang sangat tinggi terhadap keterlibatannya dalam program pemerintah. Mereka juga memiliki kesadaran tinggi bahwa masyarakat dapat memberikan masukan sebagai contoh partisipasi masyarakat.
4. Penghasilan
Jika kita lihat dari pekerjaan serta tempat tinggal masyarakat yang menganut budaya politik parokial dan partisipan, dapat kita simpulkan bahwa penghasilannya sangatlah berbeda. Masyarakat parokial biasanya memiliki penghasilan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat partisipan. Namun, kondisi seperti itu sepertinya sebanding dengan tingkat kebutuhan mereka.
Mereka yang tinggal di desa dan memiliki bahan pangan yang mereka kelola sendiri tentunya tidak terlalu membutuhkan banyak pengeluaran untuk kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah kota yang tingkat kebutuhannya beberapa kali lipat dibandingkan dengan yang di desa. Mereka yang tinggal di desa dan memiliki bahan pangan yang mereka kelola sendiri tentunya tidak terlalu membutuhkan banyak pengeluaran untuk kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah kota yang tingkat kebutuhannya beberapa kali lipat dibandingkan dengan yang di desa.
5. Kehidupan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa perbedaan politik parokial dan partisipan bisa dilihat dari tempat tinggal dan pekerjaannya. Dari sisi kehidupan yang mereka jalani juga sangatlah berbeda. Masyarakat parokial biasa menjalani kehidupan yang dapat dikatakan sangat tradisional. Sebagian masyarakatnya masih mempercayai tradisi atau asas hukum adat istiadat tertentu yang apabila tidak dijalankan atau dilanggar maka akan mendapatkan hukuman dan semacamnya.
Berbeda dengan kehidupan masyarakat partisipan yang terkenal akan kehidupan modernnya. Penggunaan teknologi dan informasi sangatlah tinggi. Di sisi lain, jarang sekali dari mereka yang masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan kuno karena sudah terbawa oleh arus perkembangan tersebut. Dari sisi pengobatan pun bisa dibilang lebih canggih dan berkualitas dibandingkan masyarakat parokial.
6. Minat Politik
Dikarenakan tempat tinggal berada di desa serta kurangnya tingkat pendidikan yang mereka tempuh membuat masyarakat budaya politik parokial memiliki minat dalam bidang politik yang sangat rendah. Bahkan beberapa dari mereka ada yang bersikap apatis, tidak peduli akan politik. Mereka sangat buta terhadap dunia perpolitikan yang ada dalam kehidupan masyarakat lainnya.
Disisi lain, ciri ciri budaya politik partisipan pada masyarakat partisipan yakni minat dalam berpolitiknya sangatlah tinggi. Meskipun banyak sekali partai politik yang berdiri, mereka tetap bersaing dengan kompetitif dan tentunya berjalan tanpa adanya kericuhan.
7. Hubungan dengan Pemerintah
Perbedaan selanjutnya adalah dilihat dari hubungan masyarakat dengan pemerintahan. Pada budaya politik parokial, hubungan masyarakat dengan pemerintah cenderung kurang harmonis karena tidak ada timbal balik yang signifikan antara keduanya. Terlebih masyarakat parokial tidak terlalu peduli terhadap kebijakan yang diadakan pemerintah. Namun, pada masyarakat partisipan hubungan antar pemerintahnya berjalan dengan baik. Keduanya memiliki timbal balik yang setimpal.
Nah, itulah perbedaan politik parokial dan partisipan yang dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang seperti kehidupan masyarakatnya, tingkat pendidikan yang ditempuh, pekerjaan hingga keterlibatan atau minatnya dalam politik pemerintahan.
Badan usaha berdasarkan wilayah negara adalah badan usaha yang mana didalamnya dapat dikelompokkan dari asal…
Pemerintahan suatu negara memiliki banyak lembaga yang bertanggung jawab atas berbagai aspek administrasi negara. Lembaga-lembaga…
Para pendiri bangsa telah berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia, salah satu wujud komitmen…
Dari sudut pandang etimologi, kata "Otonomi" berarti mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Pengertian Otonomi Daerah dapat…
Komitmen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai "Tanggung jawab", perilaku bertanggung jawab dapat…
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik…