Yang dimaksud dengan Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 malam atau 1 Oktober 1965 dinihari di Jakarta dan Yogyakarta.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, para Pahlawan Revolusi juga diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Berikut adalah Pahlawan Revolusi Indonesia beserta biografi singkatnya.
1. Ahmad Yani
Jendral Anumerta Ahmad Yani, lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Karir militernya dimulai tahun 1940 ketika masuk KNIL. Di masa pendudukan Jepang, beliau mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan pendidikan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Setelah BKR atau TKR terbentuk tahun 1945, beliau menjadi anggota TKR dan diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto.
Tahun 1948, beliau turut menumpas pemberontakan PKI Muso di Madiun. Pada Agresi Militer Belanda II, beliau diangkat sebagai Komandan Wehrkreise II daeah Kedu. Beliau kemudian membentuk pasukan Banteng Raiders untuk menumpas DI/TII di Jawa Tengah.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikan militer di Amerika Serikat.
Tahun 1958, beliau diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat sebagai bentuk upaya penumpasan PRRI.
Tahun 1962, beliau diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Karir tertingginya adalah Menteri/ Panglima Angkatan Darat yang dijabat tahun 1965 dengan pangkat Letnan Jenderal.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
2. R. Soeprapto
Letnan Jenderal Anumerta Soeprapto lahir di Purwokerto tanggal 20 Juni 1920 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Beliau memulai pendidikan militernya di Akademi Militer Kerajaan di Bandung. Di masa pendudukan Jepang, beliau mengikuti beberapa latihan, salah satunya latihan di Pusat Latihan Pemuda. Beliau kemudian bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.
Di awal kemerdekaan, beliau terlibat aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Beliau pun kemudian masuk TKR dan menjadi ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman serta ikut bertempur di Ambarawa.
Adapun jabatan kemiliteran yang pernah disandangnya antara lain sebagai berikut.
- Tahun 1945, setelah Divisi V TKR Purwokerto terbentuk, beliau menjabat sebagai Kepala Bagian II Divisi V dengan pangkat Kapten
- Tahun 1945 turut serta dalam pertempuran Ambarawa tangal 12-15 Desember 1945
- Tahun 1948, setelah Markas Besar Komando Djawa terbentuk, beliau diangkat sebagai Kepala Bagian II MBKD di Yogyakarta
- Tahun 1948 menjabat sebagai Kepala Staf Divisi II di Surakarta sekaligus diperbantukan pada staf Gubernur Militer Daerah Surakarta-Pati-Semarang
- Tahun 1949 menjabat sebagai Kepala Staf Territorium IV/Diponegoro dengan pangkat setingkat Letnan Kolonel
- Tahun 1950 sebagai Kepala Bagian II
- Tahun 1951 sebagai Asisten I Kepala Staf Angkatan Darat dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat
- Tahun 1953 sebagai perwira menengah yang ditempatkan di Kementerian Pertahanan dan diperbantukan pada Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan
- Tahun 1954 pangkatnya dinaikkan menjadi setingkat Kolonel
- Tahun 1956 ditunjuk sebagai Sekretaris Gabungan Kepala Staf dan mengikuti kursus C Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung selama enam bulan
- Tahun 1960 sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera di Medan dengan pangkat Brigadir Jenderal
- Tahun 1962 sebagai Deputi Administrasi Menteri/Panglima Angkatan Darat, di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta dengan pangkat Mayor Jenderal.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
3. M.T Haryono
Letnan Jenderal Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20 Janusari 1924 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Pendidikan formalnya berawal di ELS (setingkat SD). Setelah lulus tahun 1937, beliau meneruskan sekolahnya di HBS dan lulus tahun 1942. Beliau pun kemudian meneruskan studinya di Perguruan Tinggi Kedokteran atau Geneeskundige Hogeschool atau Ika Dai Gakko.
Selama di kemiliteran, tugas yang pernah diembannya antara lain sebagai berikut.
- Bergabung dengan TKR dengan pangkat Mayor
- Aktif dalam berbagai perundingan antara Indonesia-Belanda atau Indonesia-Inggris karena menguasai bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman
- Sekretaris Delegasi RI
- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata
- Tahun 1949 sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia ketika Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda
- Tahun 1950 sebagai Atase Militer Republik Indonesia untuk Belanda
- Tahun 1964 sebagai Direktur Intendans dan Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
4. S. Parman
Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah tanggal 4 Agustus 1918 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Selama tugas di kemiliteran, tugas yang pernah diembannya antara lain sebagai berikut.
- Bekerja di Jawatan Kenpeitai
- Dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai
- Tahun 1945 beliau bergabung dengan TKR
- Diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta
- Tahun 1949 diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya
- Kepala Staf G
- Tahun 1951 mendapat tugas belajar pada Military Police School di Amerika Serikat
- Bertugas di Kementerian Pertahanan
- Tahun 1959 diangkat sebagai Atase Militer Republik Indonesia di London, Inggris
- Tahun 1964 menjabat sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
5. D.I Panjaitan
Mayor Jenderal Anumerta Donald Ignatius Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli pada tanggal 9 Juni 1925 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Karir militernya dimulai ketika menempuh pendidikan militer Gyugun di masa pendudukan Jepang. Selanjutnya, tugas kemiliteran yang pernah diembannya antara lain sebagai berikut.
- Di masa pendudukan Jepang, beliau ditempatkan di Pekanbaru, Riau
- Tahun 1945, beliau ikut membentuk TKR dan diangkat sebagai Komandan Batalyon
- Tahun 1948, menjabat sebagai Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi
- Diangkat sebagai Kepala Staf Umum IV Komandan Tentara Sumatera
- Tahun 1949 ketika Agresi Militer Belanda II, beliau menjabat sebagai Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
- Menjabat sebagai Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium I Bukit Barisan di Medan
- Menjabat sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorium II Sriwijaya
- Menjabat sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Bonn, Jerman Barat
- Diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat
- Mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
6. Soetoyo
Mayor Jenderal Anumerta Soetoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 28 Agustus 1922 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965.
Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Latar belakang pendidikan dan karir militernya antara lain sebagai berikut.
- Di masa pendudukan Jepang, beliau mendapat pendidikan pada Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta
- Bekerja sebagai pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo
- Tahun 1945, beliau bergabung dengan TKR bagian Kepolisian dan menjadi anggota Corps Polisi Militer
- Diangkat sebagai ajudan Kolonel Gatot Subroto
- Diangkat sebagai Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo
- Menjabat sebagai Kepala CPM Yogyakarta
- Menjabat sebagai Komandan CPM Detasemen III Surakarta
- Tahun 1954 menjabat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer
- Tahun 1956 menjabat sebagai Asisten Atase Militer Republik Indonesia untuk Inggris
- Mengikuti kursus C Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung
- Menjabat sebagai Pejabat Sementara Inspektur Kehakiman Angkatan Darat
- Tahun 1961 menjabat sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
7. P. Tendean
Kapten Anumerta Piere Tendean lahir di Jakarta tanggal 21 Februari 1939 dan gugur pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Latar belakang pendidikan dan tugas kemiliteran yang pernah diemban antara lain sebagai berikut.
- Lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik
- Tahun 1962 menjabat sebagaiKomandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan
- Tahun 1965 diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal A.H Nasution.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, dan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
8. K.S Tubun
AIP. II. Anumerta Karel Satsuit Tubun dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928 dan turut gugur pada tanggal 1 Oktober 1965.
Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 114/Koti/Tahun 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Latar belakang pendidikan dan tugas negara yang pernah diembannya antara lain sebagai berikut.
- Lulus dari Sekolah Polisi Negara di Ambon
- Diangkat sebagai Agen Polisi Tingkat II dan bertugas dalam kesatuan Brigadir Mobil di Ambon
- Bertugas di Kesatuan Brimob Dinas Kepilisian Negara di Jakarta
- Tahun 1955 bertugas di Medan, Sumatera Utara
- Tahun 1958 bertugas di Sulawesi
- Bertugas di Sumatera Barat ketika terjadi pemberontakan PRRI
- Bertugas di Dabo
- Bertugas mengawal kediaman Dr. Leimena ketika terjadi peristiwa Gerakan 30 September.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau turut gugur karena melawan pasukan yang akan menculik Jenderal A.H Nasution dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
9. Katamso Darmokusumo
Brigadir Jenderal Anumerta Katamso Darmokusumo lahir di Sragen, Jawa Tengah tanggal 5 Februari 1923 dan turut gugur pada tanggal 1 Oktober 1965.
Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 118/Koti/Tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965.
Latar belakang pendidikan dan tugas kemiliteran yang pernah diemban antara lain sebagai berikut.
- Pendidikan Militer pada Pembela Tanah Air di Bogor
- Diangkat menjadi Shodanco PETA di Surakarta
- Tahun 1945 bergabung dengan TKR
- Diangkat menjadi Komandan Kompi di Klaten
- Bertugas sebagai Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV
- Tahun 1949, terlibat pertempuran melawan Agresi Militer Belanda II
- Tahun 1951, berhasil menumpas pemebrontakan dalam tubuh Batalyon 426 di Jawa Tengah
- Tahun 1958 menjabat sebagai Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus dan dikirim ke Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI
- Diangkat sebagai Kepala Staf Resimen Team Pertempuran II Diponegoro di Bukittingi
- Menjabat sebagai Komandan Resort Militer (Korem 072 Komando Daerah Militer VII Diponegoro di Yogyakarta.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau diculik dan dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI. Jenazahnya ditemukan tanggal 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
10. Sugiyono
Kolonel Anumerta Sugiyono lahir di Desa Gedaran, Yogyakarta pada tanggal 12 Agustus 1926 dan turut gugur pada tanggal 1 Oktober 1965.
Beliau diberi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 118/Koti/Tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965.
Latar belakang pendidikan dan tugas kemiliteran yang pernah diemban antara lain sebagai berikut.
- Pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA) di masa pendudukan Jepang
- Diangkat menjadi Budancho di Wonosari
- Tahun 1945, bergabung dengan TKR di Yogyakarta dan diangkat sebagai ajudan Komandan Brigade 10 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto
- Ikut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta
- Ikut serta menumpas pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan
- Menjabat sebagai Kepala Staf Komando Resort Militer 072
- Tahun 1965 menjabat sebagai Komando Daerah Militer VII Diponegoro di Yogyakarta.
Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, beliau dibunuh oleh pasukan yang disebut-sebut digawangi oleh PKI di Kentungan, sebelah utara Yogyakarta. Jenazahnya ditemukan tanggal 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.