Kehidupan terutama dalam bermasyarakat atau berorganisasi tentunya tidak akan terlepas dari yang namanya konflik. Apalagi ada perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik. Pengertian konflik menurut para ahli diartikan sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Jadinya faktor penyebab konflik sosial dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada berbagai tingkat kompleksitas. Sehingga sangat penting untuk segera mengakhiri konflik yang berdampak negatif dan dalam jangka panjang dapat memicu penyebab terjadinya disintegrasi nasional.
Manajemen konflik jika dilakukan akan sangat punya pengaruh bagi anggota terutama di organisasi yang sedang dilanda konflik. Pemimpin organisasi harus mampu menguasai manajemen konflik agar yang muncul pada konflik tersebut memiliki dampak positif sehingga mutu organisasi menjadi meningkat. Untuk itu perlunya manajemen konflik dalam organisasi agar dampak akibat konflik sosial segera teratasi, sebelum melakukannya, Anda perlu memahami apa sebenarnya manajemen konflik tersebut, berikut uraiannya.
Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga, dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu, yang menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik. Dan bisa menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Â Sehingga akan ada beberapa langkah yag akan dilakukan agar konflik segera terselesaikan, yaitu :
Selain melakukan manajemen konflik, agar bisa terselesaikan, juga bisa melakukan resolusi konflik yang juga sebagai pemecah masalah. Resolusi konflik adalah kemampuan untuk menemukan cara menyelesaikan konflik antar individu secara sukarela. Di mana solusi yang didapatkan merupakan hasil musyawarah pihak-pihak yang berkonflik yang sifatnya demokratis, dan membangun sehingga semua pihak merasa puas. Hal ini dapat dilakukan cukup oleh para pihak yang berkonflik, tanpa pernah melibatkan sama sekali pihak atau orang ketiga yang netral, bijak dan adil yang mampu menyelesaikan konflik. Maka dari itu, tanpa adanya bantuan pihak ketiga seperti peran lembaga pengendalian sosial, Anda yang sedang berkonflik hendaknya memiliki beberapa kemampuan berikut :
Selain manajemen dan resolusi konflik, pemecahan masalah juga dapat dilakukan dengan cara transformasi konflik. Menurut Lederach, transformasi konflik adalah merespon terhadap pasang surut dan gelombang dari berbagai contoh konflik sosial dalam masyarakat sebagai kesempatan yang diberikan oleh kehidupan untuk menciptakan perubahan proses sosial yang konstruktif di mana dapat mengurangi kekerasan, meningkatkan keadilan, dalam interaksi langsung dan struktur sosial serta merespon masalah manusia dalam hubungan kemanusiaan. Hal ini membuat transformasi konflik lebih daripada sekadar teknik yang spesifik, tetapi suatu cara untuk melihat konflik secara utuh dengan sebaik menyimak. Sehingga melihat konflik hingga ke akar permasalahannya, dan berdampak akan adanya perubahan sosial dengan macam-macam norma.
Melihat definisi ketiga tersebut bisa ditarik kesimpulan tentang perbedaan manajemen konflik, resolusi konflik dan transfromasi konflik. Dalam ruang lingkupnya ketiga pemecahan ini berbeda, yakni:
Badan usaha berdasarkan wilayah negara adalah badan usaha yang mana didalamnya dapat dikelompokkan dari asal…
Pemerintahan suatu negara memiliki banyak lembaga yang bertanggung jawab atas berbagai aspek administrasi negara. Lembaga-lembaga…
Para pendiri bangsa telah berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia, salah satu wujud komitmen…
Dari sudut pandang etimologi, kata "Otonomi" berarti mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Pengertian Otonomi Daerah dapat…
Komitmen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai "Tanggung jawab", perilaku bertanggung jawab dapat…
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik…