Sebagai manusia yang menghuni dunia ini, tentunya setiap diri kita termasuk ke dalam suatu wilayah negara tertentu. Dengan begitu, kita menjadi memiliki kebangsaan atau biasa disebut sebagai nationality dalam bahasa Inggris. Ketika kita memilih untuk memiliki suatu kebangsaan tertentu, kita dituntut untuk senantiasa mencintai bangsa kita itu. Saat ini, sebagian besar pembaca tentunya memiliki kebangsaan Indonesia. Indonesia, suatu negara besar yang memiliki banyak keanekaragaman suku, agama, ras, dan adat istiadat.
Bersatunya berbagai suku di Indonesia tidak terlepas dari perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu. Berdasarkan sejarah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, kita dapat mengetahui bahwa sebelumnya perjuangan menghadapi penjajahan yang dilakukan di seantero wilayah Indonesia hanyalah bersifat kedaerahan. Namun setelah berdirinya suatu organisasi pemuda yang bernama Boedi Oetomo pada 19 Mei 1908, hal tersebut menandai kebangkitan nasional karena organisasi tersebut tidak hanya terdiri dari pemuda yang berasal dari berbagai daerah, namun juga ia menjadi pionir bagi munculnya berbagai organisasi yang menyatukan Indonesia.
Setelah kemerdekaan, seluruh suku bangsa di wilayah nusantara menjadi satu di bawah bendera Indonesia. hal tersebut memunculkan tugas baru bagi para pendiri bangsa untuk menjadikan sesuatu yang dapat mempersatukan keanekaragaman di negara yang baru lahir ini. Maka dari itu, diciptakanlah semboyan persatuan yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika”. Suatu semboyan yang memiliki arti bahwa walaupun rakyat Indonesia berbeda-beda, namun sejatinya satu jua, yaitu rakyat Indonesia. selain itu, diciptakan pula lagu kebangsaan, bendera persatuan, dan ideologi yang sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam Pancasila pun dicantumkan satu sila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. sila ini menjadi dasar bagi bersatunya segenap warga negara indonesia.
Setelah bertahun-tahun memupuk rasa persatuan dan kesatuan melalui berbagai usaha, persatuan di Indonesia terwujud secara perlahan dan terus menguat. Namun, terwujudnya persatuan dan kesatuan itu bukan berarti tanpa halangan dan kendala. Ancaman yang mengganggu persatuan di tengah bangsa Indonesia ini terus muncul. Ancaman-ancaman tersebut berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sekalipun mendapat ancaman, namun upaya menjaga keutuhan NKRI tetap dilakukan.
Ancaman-Ancaman yang Mengganggu Persatuan Indonesia
Setelah merdekanya Indonesia pada 17 Agustus 1945, bukan berarti Indonesia terlepas begitu saja dari kungkungan penjajahan. Sekalipun Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui proklamasi, ternyata masih ada bangsa penjajah yang masih berusaha untuk mendapatkan kembali Indonesia sebagai bangsa jajahannya. Bangsa tersebut adalah bangsa Belanda. Karena kemenangan pasukan sekutu pada perang dunia kedua, Belanda merasa bahwa seharusnya Indonesia tetap menjadi wilayah jajahannya. Namun, Indonesia yang muak dengan sikap Belanda tersebut berusaha melawan sekalipun Belanda menyerang Indonesia dengan agresi militer I dan agresi militer II yang baru berakhir pada tahun 1949. Perjuangan Indonesia melawan Belanda ini dilakukan baik secara militer maupun secara diplomasi. Ancaman terhadap persatuan Indonesia tidak hanya berasal dari luar negeri, namun juga berasal dari dalam negeri. Pada tahun 1948, di saat Indonesia masih genting dengan adanya gangguan yang berasal dari Belanda, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di daerah keresidenan Madiun.
Saat itu, banyak rakyat tidak bersalah yang dibunuh oleh mereka. Akibatnya, rakyat menjadi takut untuk keluar rumah dan sulit untuk saling mempercayai orang-orang di sekitar mereka. Pemberontakan dari rakyat terus berlangsung dan meningkat jumlahnya pada masa demokrasi parlementer. Contoh dari berbagai pemberontakan tersebut yaitu pemberontakan DI/TII (Daarut Islam/Tentara Islam Indonesia) di berbagai daerah, pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi Aziz di Sulawesi Selatan, pemberontakan Republik Maluku Selatan di Maluku, pemberontakan Merapi Merbabu Complex di Jawa Tengah, pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera Barat, dan pemberontakan lainnya. Beberapa hal yang telah disebutkan di atas merupakan contoh ancaman yang mengganggu persatuan Indonesia di masa lalu. Lantas, bagaimana dengan kondisi saat ini? Setidaknya sudah tujuh puluh dua tahun negara Indonesia merdeka. Apakah persatuan dan kesatuan Indonesia telah tercapai dengan sempurna? Selanjutnya kita akan membahas tentang penyebab terjadinya disintegrasi nasional.
Terjadinya Disintegrasi Nasional
Kata disintegrasi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Disintegration”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi dari kata disintegrasi yaitu keadaan tidak bersatu padu atau keadaan yang terpecah belah atau hilangnya persatuan atau keutuhan. Disintegrasi sendiri sepadan dengan kata perpecahan. maka dari itu dapat disimpulkan arti dari disintegrasi nasional yaitu tidak bersatu padunya suatu bangsa atau perpecahan di antara suatu bangsa.
Ketika terjadi disintegrasi nasional, bukan tidak mungkin terjadi pelepasan wilayah dari suatu negara. tentu hal ini tidak dapat dibiarkan terjadi di Indonesia. Sudah banyak contoh disintegrasi nasional yang berakibat luar biasa buruknya bagi suatu bangsa. Lihat saja bangsa Semenanjung Korea sana, karena terjadi perbedaan ideologi dan tidak dapat dipersatukan lagi, mereka terpecah menjadi dua negara, yaitu negara Korea Selatan yang menganut paham demokrasi dan negara Korea Utara yang berhaluan komunis.
Disintegrasi nasional dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab. Dengan mengetahui penyebab dari disintegrasi nasional tersebut, kita dapat memahami lebih baik bagaimana cara menghindarinya agar tidak terjadi perpecahan sehingga persatuan dan kesatuan tetap terjaga. Di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut dari penyebab terjadinya disintegrasi nasional:
1. Maraknya Penyebaran Ideologi Selain Pancasila
Ideologi atau pandangan hidup rakyat Indonesia adalah Pancasila. Namun, banyak ideologi selain Pancasila yang berkembang di tengah masyarakat. Keberadaan ideologi selain Pancasila tersebut dapat mengancam persatuan karena selain mengikis pengamalan Pancasila dari rakyat Indonesia, ia juga dapat menyebabkan kehancuran pada suatu tatanan hidup masyarakat. Contoh dari ideologi selain Pancasila yang tengah diperangi perkembangannya yaitu komunisme, leninisme, marxisme, dan neoliberalisme.
2. Ketimpangan di Bidang Demografi
Jumlah penduduk Indonesia sangatlah besar. 261.6 Juta jiwa tinggal di Indonesia. ratusan juta jiwa penduduk Indonesia ini penyebarannya tidak selalu merata. Ada daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan ada daerah yang mengalami hal sebaliknya. Perbedaan kondisi ini akan melahirkan perbedaan kebutuhan. Namun, ketika pemenuhan kebutuhan tidak seimbang dengan banyaknya kebutuhan yang ada, maka rakyat akan berlomba-lomba memenuhi kebutuhannya dan perpecahan bukanlah hal yang mustahil untuk terjadi.
3. Kesenjangan Kekayaan Alam di Antara Daerah
Rasanya hampir seluruh rakyat Indonesia menyadari bahwa dari 34 provinsi yang ada di Indonesia tentunya memiliki kekayaan alam yang berbeda. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pemasukan ke dalam kas daerah dan mungkin saja dapat menimbulkan rasa iri hati dari daerah lain. Banyaknya kekayaan alam di daerah dapat mengakibatkan suatu daerah ingin melepaskan diri baik dari wilayah provinsi atau wilayah negara Indonesia. hal ini tentu saja harus dihindari dengan cara memberlakukan otonomi daerah di Indonesia secara berimbang.
4. Iklim Politik yang Kurang Sehat
Saban hari kita dapat menemui berita yang kurang mengenakkan dari dunia perpolitikan di Indonesia. hal ini mengakibatkan rakyat menjadi antipati terhadap politik dan pemerintahan. Kita tidak dapat memungkiri bahwa banyak partai politik yang berkuasa ternyata kurang memperhatikan kepentingan rakyat dan mempermainkan politik untuk kepentingannya sendiri. Akibatnya, banyak terjadi demonstrasi dan perpecahan di tengah masyarakat ketika membahas masalah politik ini.
5. Lambannya Kemajuan Ekonomi
Dunia perekonomian Indonesia banyak diwarnai oleh investor asing yang memiliki modal besar. Meskipun usaha kerakyatan berupa UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) terus digalakkan, nyatanya kemajuan ekonomi di Indonesia maju secara lambat. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang besar di antara si kaya dengan si miskin di tengah masyarakat. Tingginya tingkat pengangguran juga merupakan akibat dari lambannya kemajuan ekonomi. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan kriminalitas dan perpecahan di antara penduduk Indonesia.
6. Menurunnya Tingkat Toleransi di Tengah Masyarakat
Dahulu kita diajarkan untuk saling hormat menghormati segala perbedaan, tidak membedakan perlakuan kita terhadap orang lain hanya karena suku, ras, agama, adat, kondisi ekonomi, kondisi fisik, tingkat pendidikan ataupun hal-hal lainnya. Namun, seiring berlangsungnya era globalisasi, nyatanya tingkat toleransi di tengah masyarakat malah semakin menurun. Perbedaan dijadikan faktor untuk beradu pendapat. Mungkin hal ini sering kita temui di dunia media sosial. Namun, banyak juga perpecahan yang disebabkan oleh konflik antar etnis, konflik antar agama, maupun konflik adat.
Sejatinya, sebagai seseorang yang sedari tingkat sekolah dasar telah diajarkan pemahaman mengenai Pancasila berikut contoh-contoh pengamalannya, sudah seharusnya kita senantiasa menjadi seseorang yang menjaga persatuan dan tidak memulai perpecahan. Oleh karena itu, segala bentuk penyebab dari terjadinya disintegrasi nasional yang telah disebutkan di atas sebaiknya kita hindari dan apabila kita mampu, maka perbaiki dan kita ajak orang lain untuk ikut serta mengatasi penyebab perpecahan bangsa. Segala cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia juga harus kita lakukan.
Itulah artikel mengenai penyebab dari terjadinya disintegrasi nasional yang dapat penulis sampaikan dalam kesempatan ini. Semoga dengan membaca artikel ini, pembaca dapat lebih memahami hal-hal apa saja yang dapat memecah persatuan Indonesia dan senantiasa berusaha untuk melakukan apapun yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam kesempatan ini. Sampai jumpa pada kesempatan lainnya. Semoga pembaca sukses selalu.