Kebahagiaan dari kemerdekaan yang kita rasakan hari ini tak terlepas dari sejarah pahit yang pernah kita alami dahulu. Dan salah satu sejarah paling pahit yang pernah dialamk bangsa Indonesia itu adalah Gerakan 30 September atau yang memiliki berbagai nama seperti G30S, Gestapu(Gerakan September Tiga Puluh) ataupun Gestok(Gerakan Satu Oktober) yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia(PKI).
Sejarah pahit itu seperti mimpi buruk, karena ratusan, ribuan bahkan jutaan nyawa melayang dalam tragedi itu. Pahitnya sejarah membuat kita perlu mempelajarinya agar hal yang sama tak terulang lagi di masa depan. Hal-hal seperti tujuan dan pemimpin G30S/PKI merupakan beberapa faktor penting yang perlu kita pelajari.
Asal-Usul PKI
Sebelum kita mempelajari tujuan dan pemimpin G30S/PKI, kita sendiri perlu mengetahui apa itu PKI terlebih dahulu. PKI adalah partai komunis terbesar ke-3 di dunia setelah partai komunis di Tiongkok dan Moskow. Tercatat, PKI memiliki 20 juta anggota dari berbagai macam kalangan baik dari kalangan buruh(dengan anggota sekitar 3,5 juta jiwa), kalangan Barisan Tani Indonesia(9 juta anggota), organisasi pergerakan wanita, penulis, artis, sarjana dan lainnya.
Asal-usul PKI sendiri di Indonesia dimulai dari tahun 1914, dimana seorang tokoh komunis dari Belanda bernama Hendricus Josephus Fransiscus Marie Snevliet atau biasa dikenal Henk Snevliet membentuk Indische Social Democratic Association(ISDV) yang merupakan sebuah serikat tenaga kerja di pelabuhan. ISDV dibentuk demi mengajarkan masyarakat Indonesia tentang paham-paham marxis dan mengedukasi masyarakat Indonesia menentang kekuasaan kolonial. Meski awalnya ISDV mayoritas beranggotakan orang Belanda, tapi dengan berjalannya waktu lebih tepatnya tahun 1919 ISDV hanya memiliki 25 irang anggota orang Belanda dengan anggota yang berjumlah total kurang dari 400. Salah satu hal yang menyebabkan hal itu terjadi adalah memisahnya kelompok reformis dari ISDV pada tahun 1917 dengan motif membentuk partai sendiri yang bernama Partai Demokrat Sosial Hindia.
Pada tahun 1920 ISDV mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) yang diketuai oleh Semau dan diwakili oleh Darsono. Dengan ini, PKH menjadi partai komunis di Asia yang pertama kali tergabung dalam Komunis Internasional. Dan pada kongres Komunis Internasional ke-6, sekali lagi partai ini mengubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia. Setelah paham akan hal tersebut diatas maka tujuan dan pemimpin G30S/PKI yang akan kita bahas pastinya akan lebih anda pahami.
Tujuan PKI
Tujuan didirikannya PKI sendiri tak jauh berbeda dengan tujuan awal didirikannya ISDV yaitu sebagai salah satu sarana dalam penyebarluasan paham dan mewujudkan pemerintahan yang berlandaskan ideologi komunisme. Dan demi mencapai tujuannya itu, PKI tidak segan-segan dalam menggunakan cara-cara kekerasan. Salah satu contohnya adalah G30S/PKI dengan tujuan mengkudeta kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunisme. Dengan tujuan tersebut, beberapa hal yang mungkin terjadi jika PKI berhasil menguasai pemerintahan adalah:
1. Membuat Indonesia sebagai pusat penyebaran komunisme di Asia di Asia
Dengan berkuasanya PKI di Indonesia, maka keikutsertaan Indonesia menjadi negara Komunis dapat membuatnya sebagai paham terbesar di dunia. Berkembangnya paham Komunisme pun dapat mencegah paham Kapitalisme yang datang dari Amerika. Hal ini membuat paham Komunisme dapat terus untuk bangkit.
2. Berdirinya Angkatan Kelima
Angkatan Kelima merupakan angkatan bersenjata setelah Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Kepolisian yang anggotanya terdiri dari para buruh dan petani yang dipersenjatai. Hal ini didukung dengan niat Perdana Menteri China yang berniat mempersenjatakan Angkatan Kelima dengan 100 ribu buah senapan secara gratis. Uni Soviet yang merupakan negara dengan paham serupa pun bukan tak mungkin melakukan hal yang sama.
3. Diangkatnya D.N. Aidit sebagai menteri
Mengingat Soekarno dihormati oleh kalangan PKI, maka kemungkinan bagi Soekarno dilengserkan dari jabatan presiden termasuklah kecil. Hal ini didorong oleh paham Soekarno yang sama dengan PKI yang benci terhadap barat.
Pemimpin-pemimpin PKI yang ada di Indonesia seperti berikut:
1. D.N. Aidit
Dipa Nusantara Aidit atau biasa dipanggil Amat, merupakan salah satu tokoh terpenting yang menjabat sebagai ketua di PKI. Lahir pada tanggal 30 Juli 1923 di Tanjung Pandan, Belitung, Aidit kecil lahir dengan nama asli Ahmad Aidit. Sebagai pelajar, Aidit mendapatkan pendidikannya di Sekolah Dagang/Handelsschool. Lalu lewat Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda(yang kemudian berganti nama menjadi PKI), dia mempelajari paham komunisme.
Program-program yang dibuatnya untuk rakyat kecil di Indonesia, membuat Aidit dan PKI mendapatkan banyak dukungan suara dalam pemilu 1955. PKI semakin terlihat menonjol dengan kekuatan extra-parlementer mereka yang membuatnya unggul setelah sistem parlementer dibubarkan. Ditambah, banyaknya koneksi yang Aidit miliki termasuk dengan Presiden Soekarno, membuat PKI menjadi partai yang sangat berpengaruh saat itu.
Setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI, dengan dikeluarkannya tuduhan resmi pemerintah orde baru oleh Jendral Soeharto, PKI dituduh sebagai pelaku utama dan Aidit sebagai ketuanyalah yang bertanggung jawab atas peristiwa itu. Sayang, Aidit meninggal dalam pengejaran oleh militer dalam pelariannya ke Yogyakarta sebelum dia sempat terbukti. Selain cara kematiannya yang masih kontroversi, tempat pemakaman jenazahnya sendiri masih belum diketahui.
2. M.H.Lukman
Muhammad Hatta Lukman adalah wakil ketua I CC PKI(Central Comittee Partai Komunis Indonesia), lahir di Tegal pada tahun 1920. Saat kecil, Lukman dan keluarganya pernah dibuang ke kamp tahanan Boven Digul, Papua Barat karena ayahnya yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Kolonial Belanda. Baru pada tahun 1938 dia dapat kembali pulang ke kota asalnya, Tegal. Lalu pada tahun 1943 Lukman yang bertemu D.N.Aidit pun masuk dan menjadi salah satu petinggi di dalam PKI. Pada akhir tahun 1965, Lukman dieksekusi mati secara diam-diam karena dianggap terlibat dalam G30S/PKI.
3. Njoto
Lukman Njoto adalah wakil ketua II CC PKI yang juga menjabar sebagai Menteri Negara saat masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pria yang memiliki hubungan dekat dengan D.N. Aidit ini memiliki seorang istri bernama Sutarni dan juga tujuh orang anak. Pada tanggal 11 Maret 1965, dalam perjalan pulang ke rumahnya di Jalan Tirtayasa, Njoto yang sepulang dari sidang kabinet telah diculik oleh beberapa orang tak dikenal.
Walau beberapa orang mengaku sempat melihatnya dalam Rutan Salemba, setelah itu dikabarkan bahwa Njoto telah dieksekusi salah satu pulau kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Sementara itu istri dan ketujuh anaknya dimasukkan ke dalam tahanan di Kodim Jalan Setiabudi, Jakarta.
4. Letkol Untung bin Syamsuri
Letnan Kolonel Untung Syamsuri adalah tokoh militer PKI terpenting yang menjadi kunci dalam penculikan para jendral angkatan darat yang dituduh akan membentuk Dewan Jendral dalam peristiwa G30S/PKI. Untung berperan sebagai Komando Operasional dalam G30S/PKI. Setelah gagal dalam operasi G30S/PKI yang dilakukannya, untung berhasil menyelamatkan diri dan sempat menghilang beberapa bulan.
Sampai secara tidak sengaja dirinya tertangkap oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah. Pada mulanya, Untung tidak mengakui namanya, bahkan tidak ada yang menyangka bahwa ia adalah tokoh kunci dalam G30S/PKI. Setelah pemeriksaan mendalam di markas CPM Tegal, akhirnya identitasnya pun terungkap. Setelah melalui sidang, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat
5. Lettu Doel Arief
Letnan Satu Doel Arief adalah salah satu tokoh militer PKI yang ikut serta dalam peristiwa G30S/PKI. Penangkapan para jendral yang pada awalnya tidak ada perintah pembunuhan, berubah menjadi kacau saat dirinya yang memimpin Pasukan Pasopati mengintrusikan untuk menangkap mereka hidup atau mati.
Kekacauan juga terjadi saat Lettu Doel Arief bergabung dengan Pelda Djahurub dalam operasi penculikan A.H.Nasution. Operasi tersebut gagal karena keributan yang terjadi dari awal sehingga menyebabkan A.H.Nasution berhasil kabur. Meski begitu, Pierre Tendean dan Karel Satsuit Tubut yang merupakan pengawal di rumah Jendral Leimana telah menjadi korban.
6. Ibnu Parna
Ibnu Parna merupakan pemimpin Partai Acoma(Angkatan Communis Muda) sekaligus politisi fraksi PKI, selain itu dia juga menjadi pemimpin serikat pekerja. Ibnu Parna memiliki peran besar sebagai pemimpin pemuda dalam perjuangan anti-kolonial di Semarang pada masal awal kemerdekaan.
Dalam pemilu legislatif 1955, Ibnu Parna menjadi satu-satunya kandidat Partai Acoma yang mendapatkan kursi. Lalu dia pun juga menjabat sebagai sekretaris SOBRI(Sentral Organisasi Buruh Republik Indonesia). Setelah terjadinya G30S/PKI, Ibnu Parna kemudian tewas dalam Pembantaian Indonesia 1965-1966.
7. Sjam Kamaruzzaman
Sjam Kamaruzzaman adalah kepala Biro Khusus PKI yang bertugas mendapatkan simpatisan dari kalangan TNI dan PNS. Setelah diangkatnya Sjam sebagai kepala Biro Khusus PKI pada tahun 1964, Sjam bersama keempat asistennya sebagai agen rahasia bertemu sebulan sekali untuk bertukar informasi dan yang kemudian informasi itu akan disampaikannya pada Aidit. Dalam melakukan pendekatan kepada tentara, Sjam melakukan pendekatan yang ramah. Lalu setelah berhasil dia akan mendoktrinkan marxisme.
Sjam juga memberikan informasi pemberontakan yang terjadi di beberapa daerah, mengingat para pemberontak juga merupakan orang-orang yang anti-komunis. Sjam telah berhasil menyusup dengan sukses ke dalam militer dan melakukan kotak yang teratur dengan ratusan petugas. Meski begitu, G30S/PKI gagal, Sjam yang menjadi saksi dalam berbagai masalah terkait pjn melalui sidang yang panjang hingga akhirnya dieksekusi pada bulan September tahun 1986.
Demikian tujuan dan pemimpin G30S/PKI. Dengan ini dapat diketahui dari tujuan dan pemimpin G30S/PKI berakhir dengan dieksekusi. Sejarah pahit tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi negara-negara yang pernah menganut paham komunisme memang telah merenggut puluhan juta nyawa seperti yang terjadi di Uni Soviet, Kamboja dan RRC. Penumpasan para tokoh-tokoh PKI berguna agar sejarah yang pahit tidak akan terulang kembali. Sekecil apapun bibit itu, kita perlu memusnahkannya sebelum menjadi semakin berbahaya dan terlambat.