Salam sejahtera bagi seluruh pembaca! Apa kabar anda? Semoga senantiasa sehat ya. Dalam kesempatan yang indah ini penulis akan mengajak pembaca membahas mengenai salah satu budaya politik. sejatinya terdapat tiga budaya politik yang umum kita kenal, yaitu budaya politik parokial, budaya politik kaula, dan budaya politik partisipan. Namun, kali ini kita akan lebih berfokus pada contoh budaya politik kaula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran politik yang dimiliki oleh masyarakat dengan budaya politik kaula juga berujung pada kepatuhan masyarakat terhadap pemerintah yang menjalankan kedaulatan rakyat. kepatuhan terhadap pemerintah ini tentunya akan membuat tujuan pembangunan nasional bangsa dapat tercapai dengan mudah mengingat peran masyarakat yang sangat besar di dalam pembangunan nasional tersebut.
Di sisi lain, rakyat menjadi nyaman dengan kondisi ini sehingga tingkat partisipasi politik bersifat tetap dan imbasnya adalah menurunnya dinamika politik di tengah masyarakat. Dinamika atau pergerakan politik nantinya hanya akan terbatas pada pergerakan politik di tingkat elit politik suatu negara atau wilayah. pergerakan politik ini nantinya akan membawa rakyat hanya ketika dibutuhkan. Rakyat yang ikut terjun dalam pergerakan politik pun terbatas pada rakyat pendukung sesosok atau sekumpulan elit politik mengingat tingginya tingkat subjektivitas di dalam negara dengan budaya politik kaula. Apabila pergerakan ini tidak dikontrol dengan baik, bukan tidak mungkin jika pergerakan politik akan menjadi penyebab terjadinya disintegrasi nasional bangsa. Disintegrasi nasional yang dimaksud adalah perpecahan di antara rakyat suatu bangsa dikarenakan beberapa sebab. Dalam lingkup budaya politik kaula, apabila terjadi gesekan di antara para pendukung tokoh, maka perpecahan tersebut dapat terjadi.
Makna Budaya Politik Kaula dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Budaya politik kaula mungkin menjadi salah satu jenis budaya politik yang mungkin agak sulit kita pahami mengingat posisinya yang ada di tengah budaya politik parokial yang terhitung pasif dalam hal partisipasi politik dan budaya politik partisipan yang memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi. Budaya politik kaula memiliki kekhasan tersendiri, yaitu masyarakatnya telah lebih peduli mengenai dunia politik namun masih kepedulian tersebut hanya terbatas pada rasa cukup tahu saja, tanpa adanya usaha untuk memperbaiki kondisi politik yang ada.
Dalam budaya politik kaula, masyarakatnya lebih mengutamakan subjektivitas sehingga terdapat banyak kelemahan yang ditimbulkan dari adanya hal ini. Misalnya saja kemungkinan adanya perubahan budaya politik menjadi lebih pasif (budaya politik parokial) atau malah berkembang menjadi budaya politik partisipan. Semua perubahan ini tidak terlepas dari subjektivitas budaya politik parokial yang lebih mengedepankan tokoh di dalam politik.
Penerapan Budaya Politik Kaula dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, budaya politik kaula sedikit sulit untuk dipahami mengingat budaya politik ini merupakan irisan dari budaya politik parokial dan budaya politik partisipan. Pada dasarnya, terdapat kemungkinan bahwa suatu budaya tidak dianut atau dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang. Tanpa kita sadari, mungkin diri kita atau orang-orang di sekeliling kita tengah menganut budaya politik kaula.
Menganut budaya politik tertentu mungkin menjadi hal yang tidak kita sadari dan mungkin juga kita terbawa budaya politik di sekitar kita. Agar pembaca dapat lebih memahami seperti apa tepatnya budaya politik kaula itu, berikut ini penulis uraikan beberapa contoh budaya politik kaula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. Melakukan Golput atau Abstain
Kesadaran masyarakat dengan budaya politik kaula dalam hal pemilihan umum memanglah sudah lebih tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat dengan budaya politik parokial. Masyarakat dengan budaya politik kaula rajin ikut serta dalam pemilihan umum atau pemilu. Jenis-jenis pemilu yang mereka ikuti pun beraneka ragam, misalnya saja yaitu pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu gubernur dan wakil gubernur, atau pemilihan kepala daerah yang lainnya.
Kesadaran mereka untuk ikut pemilu mungkin cukup besar. Namun, kesadaran tersebut hanya sampai pada poin tersebut. Seringkali terdapat orang-orang yang tidak menggunakan haknya dalam memilih. Mereka memilih untuk golput. Mengapa demikian? Karena subjektivitas mereka yang tinggi, apabila tidak terdapat sosok pemimpin yang sesuai dengan idealisme mereka, maka mereka akan memilih untuk golput.
2. Enggan Mengadakan Demonstrasi
Tingkat partisipasi politik masyarakat dengan budaya politik kaula memang lebih tinggi dibandingkan budaya politik parokial yang teramat pasif. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat. Salah satunya adalah budaya politik yang dianut oleh masyarakat tersebut. Di dalam budaya politik kaula, dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum, masyarakat tidak memiliki keberanian.
Akibat dari hal ini ialah jarangnya terjadi demonstrasi yang mengkritik pemerintah. Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan orde baru, pada masa kepemimpinan Soeharto. Rakyat Indonesia pada masa itu enggan untuk mengadakan demonstrasi sekalipun mengetahui terdapat banyak kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah saat itu kurang tepat.
3. Suka Membaca Berita Politik
Salah satu contoh budaya politik kaula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah masyarakat sangat suka membaca atau mengetahui berita politik. ini merupakan salah satu bentuk partisipasi dan kesadaran politik yang cukup baik dari masyarakat tersebut. Kesukaan mereka untuk mengetahui berita dari dunia perpolitikan ini merupakan suatu hal yang sangat berkaitan erat dengan kepedulian mereka terhadap politik.
Namun, kesadaran dan partisipasi politik masyarakat dengan budaya politik kaula tersebut hanya terbatas pada rasa ingin tahu akan kabar perpolitikan di sekitar masyarakat. Rasa ingin tahu ini tidak diteruskan dengan keinginan untuk ikut serta dalam memberikan kritik dan saran terhadap jalannya penyelenggaraan kedaulatan rakyat.
4. Taat Kepada Pemimpin
Sebagai salah satu jenis budaya politik yang terdapat di tengah masyarakat, budaya politik kaula memiliki kecenderungan untuk senantiasa taat terhadap pemimpin masyarakat tersebut. Kecenderungan ini ada karena tingginya tingkat subjektivitas di dalam masyarakat sehingga pemimpin menjadi sosok yang sangat berkuasa dan masyarakat juga menyadari kekuasaan dari pemimpin.
Masyarakat juga sangat menyadari apa yang terjadi apabila mereka tidak menaati pemimpin. Entah itu sanksi hukum atau sanksi sosial, pastinya masyarakat akan mendapatkan salah satunya atau keduanya apabila masyarakat tidak taat terhadap pemimpin.
5. Menitikberatkan Politik pada Seorang Tokoh
Budaya politik kaula dapat juga kita sebut sebagai budaya politik subjek. Mengapa demikian? Selain karena tingkat subjektivitas yang tinggi di tengah masyarakat, dalam budaya politik kaula juga masyarakat menggambarkan dunia politik ke dalam sesosok tokoh politik. hal ini tentunya merupakan salah satu kelemahan dalam budaya politik kaula mengingat bahwa sosok elit politik seharusnya tidak cukup untuk menggambarkan kondisi politik dari suatu wilayah atau negara.
Selain itu, subjektivitas juga dapat berujung pada taklid buta, atau kecenderungan untuk menganggap bahwa segala hal yang dilakukan oleh orang yang kita kagumi atau hormati merupakan suatu kebenaran. Bukan tidak mungkin jika hal ini dapat menjadi penyebab konflik sosial di tengah masyarakat yang menganut budaya politik kaula.
6. Tidak Ikut Serta dalam Penyelesaian Masalah Negara
Salah satu contoh budaya politik kaula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah rakyat atau masyarakatnya tidak ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh negara. hal ini dikarenakan dua hal. Sebab pertama yaitu tingkat partisipasi politik masyarakat yang masih kurang dan tingginya subjektivitas dalam budaya politik kaula sehingga rakyat mempercayakan secara sepenuhnya penyelesaian masalah negara kepada pemimpin mereka.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari hal ini. Kelebihannya yaitu pemerintah menjadi leluasa dalam menentukan solusi dari masalah yang menimpa negara tersebut. Di sisi lain, hal ini dapat menimbulkan pemerintah yang semena-mena dalam pengambilan keputusan mengenai negara.
7. Jarang Ditemukan Adanya Anarkisme
Budaya politik kaula umumnya berisi masyarakat yang memiliki tingkat dinamika yang rendah sehingga dapat dikatakan bahwa anarkisme atau ajaran yang menentang setiap kekuatan negara sangat jarang ditemukan. Masyarakat sangat menyadari akan besarnya kekuasaan negara dan pemerintah yang menjalankan pemerintahan di negara tersebut.
8. Jarang Berdiskusi Mengenai Politik
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, masyarakat dengan budaya politik kaula memang sangat mempedulikan kabar perkembangan dunia politik. namun, kepedulian tersebut hanyalah terbatas pada terpenuhinya rasa ingin tahu mereka terhadap kabar-kabar tersebut. Diskusi terkait permasalahan politik menjadi suatu hal yang tabu untuk dilakukan. Sebabnya ialah memang tingkat partisipasi politik yang sedang, dan juga rasa takut akan kekuasaan pemerintah.
Hal ini secara nyata pernah terjadi di Indonesia, terutama ketika masa pemerintahan orde baru. Pada masa itu, orang-orang sangat jarang melaksanakan diskusi politik. pun ketika diadakan diskusi, mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh antek-antek pemerintahan. Jika ketahuan, bukan tidak mungkin jika mereka akan dihukum.
9. Tidak Berani Mengkritik Pemimpin
Pada umumnya, diskusi politik yang dilakukan sangatlah berkaitan dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin politik. maka dari itu, rakyat semakin enggan untuk mengadakan diskusi politik yang berujung pada kritik terhadap pemimpin. Kritik terhadap pemimpin ini sejatinya perlu untuk dilakukan agar pemimpin dapat menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan masukan dari masyarakat. Tanpa adanya kritik, terdapat kemungkinan bahwa pemimpin akan menjadi sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya.
10. Tidak Mengawasi Jalannya Pemerintahan
Salah satu contoh budaya politik kaula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang terakhir kita bahas ialah masyarakat tidak mengawasi jalannya pemerintahan. Hal ini dikarenakan rakyat sudah sepenuhnya menyerahkan penyelenggaraan negara kepada pemerintah sehingga pengawasan terhadap pemerintahan dirasa tidak perlu lagi untuk dilakukan oleh rakyat.
Uraian di atas merupakan penjelasan mengenai materi contoh dari budaya politik kaula yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca dalam kesempatan yang indah kali ini. Semoga dengan membaca materi ini, pembaca dapat memahami secara lebih baik mengenai budaya politik kaula beserta contoh dari budaya politik tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya contoh-contoh ini, kita dapat membedakannya dengan tipe-tipe budaya politik di Indonesia yang lain secara lebih tepat. Selain itu, kita juga dapat membandingkan kecocokannya dengan kondisi di negara kita. Pada kenyataannya, budaya politik ini pernah ada di negara ini dan bukan tidak mungkin jika di kemudian hari, negara ini kembali memiliki budaya politik kaula. Sampai jumpa pada kesempatan yang lain dan semoga kesuksesan senantiasa mengiringi langkah para pembaca.