Politik adalah sebuah sektor dari negara yang kita diami ini. Sekalipun sebagian dari kita gerah akan kata ini dan enggan bersinggungan dengannya ataupun malah terjun di dalamnya, selamanya kita tidak akan pernah lepas dari politik. Selama negara ini masih berbentuk negara, maka politik akan senantiasa mengiringi dan menjadi bagian di dalamnya. Jika tidak ingin ada politik, maka cerai beraikan saja negara ini. Tapi tentu itu dapat menjadi konflik di dalam masyarakat yang sangat besar. Jadi, kembali lagi, politik selamanya akan ada dalam hidup kita. Apakah politik itu? Politik secara umum bersangkutan dengan proses penentuan kebijakan negara berikut cara pelaksanaannya. Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, bahkan aturan dan kebijakan di tingkat RW dan RT termasuk dalam area politik. Pembentukan dan penerapan aturan dan kebijakan di sekolah pun juga termasuk politik. Dunia perpolitikan di Indonesia menggunakan bentuk pemerintahan Demokrasi Pancasila, yang menjadikan kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi. Jadi, politik Indonesia berpusat pada rakyatnya. Partisipasi politik rakyat menjadi sangat penting di sini. (Baca juga: Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila)
Dukungan Faktor Dalam Partisipasi Politik Pada Pemilu
Lantas, sebesar apakah partisipasi politik di Indonesia? Besaran partisipasi politik rakyat paling terlihat ketika gelaran pemilihan umum. Sejarah mencatat bahwa sejak pertama kali adanya pemilu, pada tahun 1955, tingkat partisipasi politik mengalami fluktuasi. Pada tahun 1955, partisipasi politik sebesar 91,4%, kemudian meningkat menjadi 96,6% pada pemilu 1971. Di pemilu 1977 dan 1982, angka partisipasi politik sama, yaitu 96,5%. Angka partisipasi di atas 90% bertahan hingga pemilu 1999. Angka tersebut menurun tajam pada pemilu 2004, yaitu 84,1%, kemudian terus menurun pada pemilu lima tahun berikutnya (2009) yang hanya 71,1%. Pada pemilu 2014, partisipasi politik sedikit meningkat menjadi 75,2%. 24,8% rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih malah memilih golput. Jumlah total Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 2014 adalah 190.307.134 jiwa. Artinya, sebanyak 47.196.169 pemilih tidak ikut dalam pemilihan umum. Bukankah jumlah tersebut terhitung fantastis? Atau malah ironis? Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi. Dalam artikel ini, akan dibahas faktor yang mempengaruhi partisipasi politik. Berikut faktor-faktornya:
1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan terhadap politik sangat penting, hal ini dapat mempengaruhi apakah ia akan ikut serta dalam politik atau sebaliknya. Dengan pengetahuan yang baik, tentunya orang akan lebih mudah memahami pentingnya politik dan ikut serta di dalamnya. Sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang sedikit akan politik, maka ia akan acuh dan tidak peduli terhadap politik. (Baca juga: Ciri-ciri Masyarakat Politik)
Artikel Terkait:
- Manfaat Budaya Politik
- Ciri-ciri Sistem Politik di Indonesia
- Sistem Politik di Berbagai Negara
- Peran Serta Budaya Politik Partisipan
- Fungsi Sosialisasi Politik
- Fungsi Lembaga Politik di Indonesia
2. Pekerjaan Masyarakat
Tingkat pengetahuan dan pekerjaan masyarakat ini merupakan faktor internal, atau faktor yang berasal dari dalam masyarakat. Biasanya orang dengan jenis pekerjaan tertentu membuat mereka dapat menjadi lebih peduli terhadap politik, atau malah sebaliknya, menjadi lebih jauh dari partisipasi politik. Misalnya, seorang guru umumnya memiliki tingkat kepedulian terhadap politik dibandingkan pemulung. (Baca juga: Proses Sosialisasi Politik dalam Keluarga)
3. Tingkat Pendidikan
Selain dua faktor sebelumnya, tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor internal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpastisipasi dalam politik juga memahami politik itu sendiri. Terlebih bagi pemilih yang buta huruf, akan sangat sulit baginya ketika mengenali calon pemimpin atau wakil rakyat atau sulit pula ketika pemungutan suara berlangsung. (Baca juga: Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia)
Artikel Terkait:
- Fungsi Partai Politik
- Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
- Contoh Konflik Sosial dalam Masyarakat
- Faktor Penyebab Konflik Sosial
- Dampak Konflik Sosial
4. Peran Aparat Pemerintahan
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi politik adalah peran aparat pemerintahan. Mereka seharusnya memberikan edukasi pada masyarakat terkait politik dan mempermudah akses terhadap pengetahuan atas politik tersebut. Penyelenggara pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Raya harus dapat mengakomodasi para pemilih, termasuk pemilih yang berkebutuhan khusus. (Baca juga: Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia)
5. Pengaruh Kaum Intelektual
Di era informasi ini, sangat mudah rasanya menyebarkan berbagai ide, pikiran, gagasan, dan sebagainya. Banyak di antara kaum intelektual bidang politik yang menyampaikan opininya terhadap suatu permasalahan politik tertentu di berbagai media. Bagi para konsumen media, hal tersebut dapat meningkatkan partisipasi politik mereka, atau bahkan sebaliknya, membuat mereka semakin antipati terhadap politik.
6. Konflik di Antara Para Pemimpin Politik
Sudah umum diketahui, dengan banyaknya partai politik di Indonesia dan berbedanya tujuan serta metode mereka dalam mencapai tujuannya, akan banyak terjadi konflik politik. Para pemimpin politik berlomba untuk mendapatkan dukungan dari rakyat yang sebesar-besarnya. Kader-kader mereka nantinya akan merekrut sebanyak-banyaknya warga negara untuk memberikan dukungan pada pemimpin mereka. Hal ini tentunya dapat meningkatkan partisipasi politik dalam suatu negara.
Artikel Lainnya:
Itulah faktor yang mempengaruhi partisipasi politik di negeri Indonesia tercinta ini. Partisipasi politik tentunya harus ditingkatkan. Karena dengan tingginya partisipasi politik, Pembangunan Nasional Indonesia akan semakin mudah dilaksanakan. Rakyat juga harus mengenali calon pemimpin politiknya. Agar politik Indonesia lebih bersih dan tidak lagi menimbulkan anti pati dari masyarakat. (Baca juga: Contoh Sikap Patriotisme dan Nasionalisme)