Dalam sistem politik kita mengenal berbagai contoh budaya politik. Yang terbaik bagi suatu negara adalah ciri-ciri budaya politik partisipan, di mana warga negara atau masyarakatnya sebagian besar sudah mau terlibat dengan sistem politik negara. Mengetahui dengan pasti tujuan pembangunan negara dan ikut serta secara aktif dalam prosesnya.
Nah, dalam budaya politik tersebut, jika dilihat secara keseluruhan, setiap individu masyarakat mempunyai orientasi politik yang berbeda-beda. Orientasi politik mencakup perhatian politik secara individu. Perhatian individu ini yang berbeda-beda. Sesuatu yang menjadi perhatian individu sebagai warga negara dalam sistem politik disebut objek orientasi politik.
Jadi, orientasi politik adalah keterlibatan individu terhadap sistem politik yang menjadi perhatiannya, baik sistem politik secara keseluruhan maupun salah satunya. Sementara objek orientasi politik adalah fokus dari orientasi. Keterlibatan dalam sistem politik meliputi keterlibatan terhadap sistem politik secara menyeluruh, keterlibatan dalam sistem input (yang berarti terhadap objek kebijakan dan sistem pemerintahan), dan keterlibatan dalam sistem output (yang berarti perhatian terhadap pengawasan dan hasil kebijakan). Selain itu, termasuk di dalamnya adalah semua sistem politik yang meliputi diri individu itu sendiri.
Objek orientasi politik ini dikelompokkan secara berbeda-beda menurut para ahli. Secara umum atau sebagian besar ahli mengelompokkan objek orientasi politik menjadi tiga hal. Di mana tiap kelompoknya mempunyai definisi tersendiri. Objek orientasi yang dimaksud adalah :
- Objek Orientasi Politik Umum
Objek orientasi politik ini mengacu kepada keterlibatan individu warga negara terhadap yang diketahui secara umum dan telah diketahui secara mendasar. Di Indonesia, objek ini diajarkan dalam hakikat pendidikan kewarganegaraan. Di mana, dasar-dasarnya sudah ditanamkan kepada individu. Objek orientasi politik umum meliputi sejarah negara, simbol negara, wilayah negara, macam-macam kekuasaan negara, konstitusi negara, lembaga-lembaga negara, dan pemimpin negara. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin bertambah pengetahuannya tentang objek politik tersebut. Dengan demikian orientasi politiknya akan semakin jelas arahnya.
- Objek Orientasi Politik Input
Objek orientasi ini mencakup objek yang memberikan input dalam sistem politik. Keterlibatan individu dalam objek politik input, biasanya merupakan keterlibatan aktif. Keterlibatan yang ikut memberikan masukan dan pengaruh terhadap segala kebijakan politik. Objek ini dapat diketahui lebih banyak dengan sosialisasi politik. Yang termasuk objek orientasi input adalah lembaga infrastruktur politik, yang meliputi fungsi partai politik, kelompok kepentingan, pers. Objek tersebut bekerja dalam bentuk dukungan dan tuntutan. Pendidikan seseorang juga berpengaruh dalam orientasi input ini. Jika objek orientasi politik umumnya sudah ada, maka individu akan melangkah ke tahapan melihat objek orientasi politik input.
- Objek Orientasi Politik Output
Objek ini meliputi segala hal yang dihasilkan dari proses input dan pengawasannya. Yang termasuk ke dalam objek ini adalah lembaga-lembaga negara, lembaga peradilan, pengambilan kebijakan dan keputusan, lembaga hukum, birokrasi, dan lain-lain. Keterlibatan individu dalam objek orientasi politik ini bisa bersifat aktif, misalnya duduk sebagai anggota lembaga negara, dan secara pasif dengan memilih anggota lembaga-lembaga negara. Orientasi dapat dinilai secara langsung ketika berlangsungnya fungsi pemilihan umum. Baik itu jenis pemilihan umum kepala daerah, pemilihan umum presiden, dan pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPD.
Komponen-Komponen Orientasi Politik
Menurut Almond dan Powell (2003), keterlibatan individu dalam sistem politik terhadap objek orientasi politik secara menyeluruh, dipengaruhi oleh 3 komponen. Ketiga komponen tersebut akan membuat individu memutuskan sejauh mana keterlibatannya. Komponen orientasi politik adalah :
- Komponen Orientasi Aspek Kognitif
Komponen orientasi kognitif adalah komponen yang melibatkan pengetahuan dan keyakinan invidu terhadap sistem politik negaranya. Jika pengetahuannya baik dan ditambah dengan keyakinan bahwa sistem politik negaranya berjalan baik, maka individu biasanya akan dengan senang hati terlibat. Budaya politik apatis akan ditinggalkan oleh masyarakat. Karena masyarakat meyakini bahwa dengan ciri-ciri sistem politik yang baik, maka aspirasinya tersalurkan.
- Komponen Orientasi Politik Aspek Afektif
Individu yang mengandalkan aspek ini dalam keterlibatannya, tidak memerlukan pengetahuan. Aspek afektif adalah aspek perasaan terhadap sistem politik. Aspek ini biasanya mengandalkan perasaan terhadap individu yang terlibat dalam sistem politik. Jika individu menganggap baik, perasaannya baik. Maka individu akan terlibat penuh.
- Komponen Orientasi Politik Evaluatif
Komponen orientasi ini mirip dengan afektif. Hanya saja penilaiannya berdasarkan standar moral yang berlaku. Objek-objek orientasi politik dan semua individu yang terlibat di dalamnya, dinilai secara moral. Apakah sistem politik yang ada sudah bersikap adil dan jujur. Lebih jauh lagi, apakah terjadi korupsi, nepotisme, dan kolusi dalam sistem. Ini akan membuat keterlibatan individu yang berbeda. Jika sistem secara moral dianggap bobrok, maka akan ada 2 hal yang terjadi. Pertama, individu bersikap apatis, karena merasa tidak bisa dan tidak ada gunanya keterlibatan. Kedua, kemungkinan ada individu yang bersikap partisipatif, ingin mengubah sistem politik yang ada.
Sikap Partisipasi Dalam Politik Aktif
Lebih jauh lagi tentang objek orientasi politik, sikap warga negara yang berdasarkan komponen orientasi politik di atas menimbulkan dua sikap yang saling bertolak belakang. Sikap yang terlahir dari budaya politik pasif atau apatis dan budaya politik aktif atau partisipan yang dipilihnya
1. Sikap Individu Loyalitas
Sikap loyalitas ini lahir dari objek orientasi politik diri sendiri yang memuaskan menurut perasaannya atau berdasarkan nilai moral, dan pengetahuan. Individu yang loyal, akan mendukung sistem politik yang ada. Jika ada kekurangan, maka dia akan memperbaiki dan menerimanya.
2. Sikap Individu Terasing
Individu yang terasing adalah kebalikan dari loyal. Dia akan sengaja menjauhkan dari sistem politik. Dia beranggapan sistem politik tidak mempengaruhinya. Lebih banyak pengaruh negatif yang dirasakan.
Sekian posting tentang objek orientasi politik. Semoga dapat dipahami lebih mudah. Sehingga orientasi politik akan berjalan seiring dengan berjalannya politik partisipan. Negara yang maju secara demokrasi, ditunjukkan oleh partsipasi masyarakat atau warga negaranya dalam sistem politik. Terima kasih