Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu adalah orang tua yang berperan sebagai pendidik, bukan hanya sebagai penyuruh dan pengajar. Orangtua adalah model pertama yang paling berpengaruh bagi kehidupan sang anak, sehingga mereka diharapkan memberikan pengarahan dan contoh yang baik. Orang tua akan rela melakukan apa saja demi kebaikan sang anak. Peran orang tua dalam mendidik anak dan peran keluarga dalam pembentukan kepribadian akan menentukan bagaimana masa depan sang anak kelak.
Ayah merupakan kepala keluarga yang sangat berperan untuk menjaga keutuhan keluarga. Ayah yang merupakan seorang pemimpin, bertanggung jawab untuk menciptakan sebuah rumah tangga yang harmonis. Diperlukan suatu kepemimpinan yang hebat dari seorang ayah untuk menyukseskan sebuah istana keluarga. Bila ayah telah hebat dalam menjaga rumah tangganya, maka bisa dipastikan seorang ayah juga hebat dalam melakukan suatu pekerjaan. Peran ayah dalam keluarga memang sangat dibutuhkan untuk mengharumkan masa depan anak-anaknya.
Selain ayah, ibu juga berperan penting dalam menjaga keutuhan keluarga. Tidak hanya bisa memasak dan membersihkan rumah, Ibu juga harus terampil dalam membentuk karakter dan kepribadian seorang anak. Apalagi bila memiliki pekerjaan di luar rumah, Ibu harus bisa menyeimbangkan kepentingan di luar rumah maupun di dalam rumah. Oleh sebab itu, seorang Ibu tidak diwajibkan untuk menjadi seorang wanita karier karena tugas utama Ibu adalah mendidik, membentuk karakter anak dan mengatur kehidupan rumah tangga.
Anak merupakan buah hati yang menjadi penyejuk hati di dalam sebuah keluarga. Anugerah terbesar dari sebuah keluarga adalah adanya seorang atau beberapa orang anak. Tanpa anak, sebuah rumah tangga akan memiliki sangat sedikit kesempatan untuk merasakan kebahagiaan. Tanpa anak, keturunan dari sepasang suami istri tidak akan ada. Untuk itulah banyak keluarga yang mengadopsi anak dari yayasan agar rumah tangga mereka menjadi lebih berwarna.
Anak-anak wajib untuk dilindungi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang hak perlindungan anak. Anak-anak juga berhak untuk tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa demi kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 28B ayat 2 UUD 1945 yang menjelaskan tentang hak warga negara untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak harus menghormati kedua orangtua yang telah berjuang membesarkannya dari kecil. Oleh sebab itu, orang tua sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak-anaknya. Pembentukan karakter anak sejak dalam kandungan juga sangat dibutuhkan.
Keluarga di Indonesia Saat Ini
Keluarga di Indonesia, kebanyakan memiliki pola komunikasi yang kurang berimbang dan cenderung 1 (satu) arah, yaitu dari orang tua kepada anak, sifatnya seringkali hanya berupa perintah dan larangan. Anak yang memberi respon negatif, akan dianggap melawan atau “durhaka”. Suami atau ayah dalam sebuah keluarga cenderung lebih dominan dalam pengambilan keputusan dan cenderung menghakimi atau memberikan hukuman (sanksi), padahal keputusan bersama dalam sebuah keluarga sangat diperlukan.
Musyawarah keluarga sangat jarang dilakukan, utamanya untuk keputusan yang menyangkut masalah nama baik keluarga, sehingga banyak kehidupan rumah tangga saat ini berakhir dengan perceraian. Musyawarah dalam kehidupan sehari-hari memang sangat dibutuhkan di kehidupan keluarga. Di kota-kota besar, kehidupan antarkeluarga dengan keluarga yang lain juga cenderung individualistis, sehingga ritme kehidupan keluarga dalam bertetangga menjadi tidak kondusif. Nilai karakter Indonesia yang dikenal dengan keramahannya, seolah-olah sudah punah. Nama baik Indonesia pun menjadi tercemar.
Menjaga Nama Baik Keluarga
Nama baik merupakan citra diri dari seseorang yang tidak tercela. Setiap orang akan menjaganya dengan hati-hati agar citra diri dalam dirinya tetap baik. Apalagi jika orang tersebut telah menjadi teladan bagi orang disekitarnya, merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai harganya. Semakin baik citra diri kita, sebenarnya ujian malah semakin banyak. Namun, orang yang memelihara nama baik, jarang mengalami kesulitan. Kapan pun dan di mana pun, pertolongan datang menghampiri, sehingga masalah-masalah akan cepat terselesaikan.
Orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “Jagalah nama baik keluarga dan laksanakan apa yang kamu anggap baik. Namun, jangan kau laksanakan apa yang kamu anggap tidak baik!” Hal ini berarti dengan melaksanakan apa yang dianggap baik, maka menjaga nama baik diri sendiri maupun menjaga nama baik keluarga sangat dibutuhkan. Setiap anggota keluarga harus bisa mengembangkan diri untuk menjaga nama baik keluarga.
Cara menjaga nama baik keluarga, yaitu:
1. Menghormati Orang Tua dan Semua Anggota Keluarga
Setiap anak harus menghormati kedua orangtua yang telah berjuang membesarkan anak-anaknya. Tak hanya orang tua yang harus dihormati, tetapi seluruh anggota keluarga. Saat anak beranjak dewasa, anak biasanya mulai melupakan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua. Apabila orang tua telah tua, diharapkan anak-anaknya tetap merawat mereka dengan baik, tidak dititipkan ke panti jompo agar mereka tidak sedih. Bahkan dalam sebuah Hadist Riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang tidak merawat kedua orang tua atau salah satunya, tidak akan masuk surga. Jadi, tetap berbaktilah kepada orangtua sampai meninggal dunia.
Selagi orang tua masih hidup, jangan lupa tunaikan kewajiban untuk terus berbakti kepada orang tua, salah satunya dengan menjaga nama baik mereka. Berikan doa pada orang tua agar keduanya selalu mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Doa untuk orang tua, baik yang masih hidup maupun meninggal merupakan kewajiban anak yang harus dilaksanakan. Apabila ditinggalkan, akan terputus rezeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya “Bila seorang hamba (manusia) sudah meninggalkan berdo’a kepada kedua orang tuanya, maka sungguh akan terputuslah rizkinya” (HR. Ad Dailami). Bila telah meninggal dunia, tetap doakan mereka dan mohon ampunkan segala dosa untuk mereka. Bila seseorang tidak menghormati orang tua dan anggota keluarga yang lain, maka nama baik seluruh keluarga pun akan menjadi buruk.
2. Mendengarkan dan Melaksanakan Nasehat/ Perintah Orang Tua
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jadi salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al Israa: 23).
“Menaati Allah adalah menaati orangtua dan mendurhakai Allah adalah mendurhakai orangtua” (HR. Thabrani)
Seorang anak wajib untuk menaati nasihat dari kedua orang tua. Sesuai dengan hadist di atas, menaati orang tua sama saja dengan menaati Allah SWT. Orang tua memiliki pengalaman kehidupan yang jauh lebih lama dibandingkan dengan anak, maka apabila anak melakukan kesalahan, orang tua pasti akan memberikan nasehat.
Orang tua akan sangat senang jika sang anak menuruti segala yang diinginkan. Namun, apabila perintah itu bertentangan dengan ajaran agama (Islam), misalnya memerintah menyembah selain Allah, melakukan tindak kriminal, berzina atau kemaksiatan, narkoba, korupsi, diwajibkan untuk tidak diikuti. Perintah yang menuju kejelekan harus ditolak, namun tetap menolaknya dengan ucapan yang halus dan baik. Jelaskanlah bahwa perintah itu bertentangan dengan ajaran Islam dan bila dilaksanakan akan berdosa.
3. Menjaga Ucapan dan Perilaku
Setiap orang tua tentu ingin anaknya menjadi pribadi yang baik. Anak yang terbiasa berkata jujur, sopan dan tanggung jawab sejak kecil, tentu akan lebih mudah menjadi orang dewasa yang baik dan bermartabat dibandingkan dengan anak-anak yang sejak kecil sudah gemar berbohong dan berbicara kasar kepada banyak orang di sekitarnya. Menjaga ucapan dan perilaku juga akan mempengaruhi nama baik keluarga. Oleh sebab itu, biasakan anak sejak kecil untuk selalu berkata jujur, sopan dan bertanggung jawab supaya nama orang tua dan keluarga menjadi baik. Oleh sebab itu, pentingnya pendidikan anak sejak usia dini dimulai dari keluarga terlebih dahulu. Dalam ajaran setiap agama pun, diwajibkan setiap orang untuk berbuat baik terhadap sesama umat manusia.
4. Tidak Melakukan Perbuatan Tercela
Perbuatan tercela, seperti mencontek saat ujian, memakai narkoba, sikap takabbur, sombong, vandalisme, gangsterisme, mencuri, mengucapkan kata-kata kotor, korupsi (Baca: penyebab korupsi dan cara mengatasinya) dsb, apabila dilakukan akan membawa nama dan dampak yang buruk bagi keluarga, terutama bagi diri sendiri. Orang yang terbiasa melakukan perbuatan tercela, selain mendapat dosa, juga bisa dimusuhi bahkan dikucilkan oleh orang-orang di lingkungan sekitar apabila perilakunya sudah keterlaluan melampaui batas.
Perilaku yang baik kepada sesama umat manusa akan menjadikan hidup lebih tenang dan damai. Perbuatan tercela akan mencemarkan nama baik keluarga. Orang yang baik akan disukai oleh orang-orang disekitarnya, baik di rumah, sekolah, tempat kerja maupun tempat ibadah. Orang yang baik tanpa diminta akan selalu siap sedia dengan senang hati dan ikhlas untuk membantu orang-orang disekitarnya yang sedang kesusahan (Baca: Bahaya Globalisasi dan Modernisasi dan Pencegahannya).
5. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Orangtua akan sangat senang, jika anak-anaknya memiliki akhlak yang baik dan menjadi anak yang sholeh/soleha. Tuhan menyukai orang yang taat pada-Nya. Dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan diri, maka nama baik keluarga pun juga akan menjadi baik. Hal ini dikarenakan semakin bertaqwa seseorang, akan tercermin pada perilaku seseorang di dunia yaitu perilakunya semakin baik, sehingga nama baik diri sendiri dan keluarga pun akan menjadi baik. Selain itu, peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa juga akan menjaga nama baik bangsa sendiri.
6. Meneruskan Silaturahmi dengan Saudara dan Teman-Teman Orang tua
Hubungan kekeluargaan dan silaturahmi dengan saudara dan teman-teman orangtua harus tetap dijaga oleh anak-anaknya. Jangan sampai hubungan menjadi terputus setelah orangtua meninggal karena Allah tidak menyukai orang-orang yang tidak menyambung silaturrahmi dengan orang lain. Rasulullah pun menyuruh umat manusia untuk tetap menjalin silaturrahmi, meskipun orang tersebut telah meninggal dunia. Berikut adalah penjelasan hadistnya.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah,“Kedua orangtua saya sudah meninggal, apakah ada jalan (cara/peluang) untuk berbakti kepada keduanya walaupun sudah meninggal?” Rasulullah menjawab, “Ya, bacaan istigfar (mohon) ampun untuk keduanya, dan melaksanakan wasiat keduanya, serta menghormati sahabat-sahabatnya dan menghubungi (bersilaturahmi) kepada famili (kerabat/sanak saudara) dari keduanya.”.
Jadi, dengan meneruskan silaturrahmi dengan saudara dan teman-teman orang tua akan menjaga nama baik keluarga. Selain itu, relasi juga semakin banyak. Bila ingin berbisnis, dibutuhkan relasi yang banyak agar perjalanan bisnis menjadi lancar.
7. Rajin Belajar
Walaupun tidak cerdas dan mempunyai prestasi yang biasa-biasa saja di sekolah, anak yang tekun bisa membuat orang tuanya bangga, apalagi bila nilai yang dihasilkan bisa memuaskan. Untuk mengetahui penyebab anak sekolah menjadi malas belajar , orang tua dapat membantu dan membimbingnya dengan cara meningkatkan disiplin belajar anak dan cara meningkatkan motivasi belajar anak.
Selain belajar akademik, di sekolah anak-anak juga dapat mengembangkan softskill dan memperbanyak teman. Pendidikan karakter di sekolah juga berperan dalam mengembangkan karakter dan kepribadian si anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya manfaat tata tertib sekolah, anak dapat menerapkannya. Belajar tidak hanya mengikuti pelajaran di sekolah saja, namun ilmu-ilmu harian di kehidupan juga bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dengan belajar yang rajin, maka nilai seseorang akan semakin baik dan nama baik keluargapun menjadi semakin baik. Hal ini membuktikan bahwa pentingnya pendidikan bagi manusia akan memberikan dampak positif bagi nama baik seseorang.
8. Menjaga Rahasia (Aib) Keluarga
Rahasia keluarga adalah hal yang paling krusial dalam keluarga. Rahasia keluarga yang tidak pantas diketahui oleh orang lain harus dijaga dengan baik. Bila rahasia keluarga telah tersebar di masyarakat, apalagi rahasia keluarga yang buruk, akan mencemarkan nama baik keluarga. Banyak tayangan gosip di televisi yang selalu memberitakan berita-berita buruk para seleb, sehingga para seleb yang digosipkan akan memiliki nama yang buruk di masyarakat.
Itulah 8 cara untuk menjaga nama baik keluarga. Pembaca juga dapat membaca cara menjaga nama baik sekolah di artikel sebelumnya. Selamat membaca 🙂