Fenomena penyelewengan norma di tengah masyarakat, kini tidak pandang bulu yang bisa menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan. Mulai dari anak kecil, pelajar jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah akhir, orang dewasa, lansia, bahkan dalam kalangan mahasiswa, yang identik dengan disiplin ilmu tingkat atas, dan memiliki julukan sebagai agent of change pun tidak luput dari permasalahan ini. Hampir dalam semua lini, terjadi fenomena tersebut. Banyak berita di media yang menyebutkan peristiwa-peristiwa yang mencerminkan penyelewengan tersebut.
Penyelewengan yang menyalahi norma
Tentunya masih segar di ingatan kita mengenai berbagai hal yang menyalahi norma akhir-akhir ini, sebut saja perkara pedofil yang sering menjadi trending topic di berbagai media, penganiayaan yang berakhir tragis, yang dilakukan oleh anak dibawah umur, kasus curanmor oleh siswa SMA, pelecehan seksual oleh orang dewasa, lansia ataupun oknum guru, pejabat yang korupsi, mahasiswa pecandu sekaligus pengedar narkoba, dan kasus dosen bergelar guru besar yang mengonsumsi barang-barang terlarang. Kasus terakhir yang disebutkan, membuat integritas pendidik kini mulai tercoreng seiring dengan munculnya penyelewengan-penyelewengan norma yang kerap dilakukan oleh oknum-oknum yang seharusnya mengajarkan dan memberi teladan terhadap norma-norma yang ada. Pepatah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
Pemerintah sendiri juga mulai sadar akan kebobrokan karakter di Indonesia, yang dibuktikan dengan dikeluarkannya kurikulum 2013 yang berorientasi bukan hanya pada hasil pembelajaran peserta didik, namun juga menekankan pada proses pembelajaran guna membentuk karakter peserta didik yang sesuai standar. Tetapi, sebaik apapun program pemerintah, akan sia-sia bila tidak didukung oleh seluruh elemen negara. Satu alasan yang bisa menjelaskan terjadinya berbagai fenomena diatas ialah krisis karakter yang saat ini tengah melanda negara ini. Perlu diketahui, karakter dibangun melalui komponen-komponen kecerdasan otak yang terbagi menjadi IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotion Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient).
Berikut adalah peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa :
- Kecerdasan intelektual (IQ) adalah tolak ukur kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi yang diperoleh menjadi fakta.
- Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan melaksanakan ajaran dari kepercayaannya. Kecerdasan ini mengatur hubungan antara individu dengan tuhannya.
- Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain dan ada peran orang tua dalam mendidik anak.
Hubungan peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa
Hubungan dari ketiga komponen ini, sangatlah erat, sehingga apabila salah satu dari ketiga komponen ini tidak dimiliki oleh seorang individu, maka karakter individu ini tidak akan terbentuk dengan baik. Contohnya yakni ada seorang pengusaha yang cukup sukses, karena kepintaran manajemennya cukup baik. Selain itu, dia merupakan individu yang cukup memerhatikan kondisi orang disekitarnya, dengan kata lain memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi, namun dia sering kali memakai uang perusahaannya, yang digagas oleh orang banyak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Dia juga gemar mabuk-mabukan dan bermain judi. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa kecerdasan IQ dan EQ pengusaha tersebut sangatlah baik, namun tidak disertai dengan kecerdasan SQ yang cukup, yang menyebabkan dia melakukan tindakan korupsi dan faktor globalisasi yang sudah menyeluruh diseluruh dunia. Ilustrasi diatas memberikan gambaran akan pentingnya ketiga komponen kecerdasan tersebut. Apabila ada satu saja komponen kecerdasan yang lemah, karakter individu tidak akan terbentuk dengan baik.
Maka dari itu, standar dari apa yang dinamakan dengan karakter seseorang ialah apabila seorang individu memiliki ketiga kecerdasan tersebut secara seimbang. Bagi individu yang saat ini belum mencapai standar karakter diatas, perlu usaha yang ekstra untuk mencapainya. Diantaranya ialah dengan belajar mengatasi masalah, menekuni sesuatu yang menjadi keahliannya, berlatih berfikir kritis (untuk individu yang kecerdasan IQ-nya kurang), selalu berfikir positif, melatih jiwa sosial, menumbuhkan jiwa leadership yang diawali dengan menguasai diri sendiri (untuk individu yang kecerdasan EQ-nya kurang), mengikuti kajian-kajian agama, dan meningkatkan intesitas ibadah (untuk individu yang kecerdasan SQ-nya kurang). Selain itu, mulai tulislah mimpi kita dalam tiap bidang (EQ, SQ dan IQ) beserta usaha yang telah kita lakukan, di tempat yang dapat setiap hari kita lihat, sehingga dapat menjadi pemompa semangat kita setiap hari, dalam membangun karakter dan menjalankan hidup. Selain dibangun oleh ketiga kecerdasan otak diatas, karakter juga memiliki pondasi lain bernama akhlak.
Pondasi Dasar yang Membentuk Karakter Seseorang
Kata akhlak sendiri merupakan kata serapan dari bahasa arab, yang memiliki arti dasar perangai atau tabiat. Secara etimologis, akhlak didefinisikan sebagai sikap yang dibawa oleh individu sejak dia masih kecil hingga dia berkembang menjadi orang dewasa, dimana pengaruh intern maupun ekstern saat perkembangan, mempunyai andil yang paling besar dalam membentuk sikap individu tersebut.
Dalam ajaran Islam, ada 5 akhlak dasar yang harus dimiliki individu guna terciptanya karakter yang sempurna, atau yang sering diistilahkan sebagai mabadi khoiru ummah/mabadiul khomsah (5 Pondasi dasar guna membentuk masyarakat yang terbaik).
1. Jujur – Yakni persamaan anatara perkataan dan perbuatan. Berbagai peristiwa yang telah disebutkan diatas, erat kaitannya dengan komponen ini. Korupsi tidak akan terjadi bila pejabat memiliki pondasi kejujuran yang kuat.
2. Amanah dan menepati Janji – Secara singkat, berarti dapat dipercya karena dapat melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya, serta dapat melaksanakan semua janji yang diucapkan. Komponen ini menjadi tolak ukur individu dalam kehidupan bermasyarakat, semakin sering individu lalai dalam amanah ataupun janjinya, maka dia akan semakin di kucilkan dari kehidupan bermasyarakat.
3. Konsisten – Berarti berkesinambungan dalam melaksanakan suatu kegiatan,dari masa lalu hingga masa yang akan datang. Individu yang dapat memiliki akhlak ini, akan mendapatkan hasil yang sempurna dalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktivitas. Selain itu, konsistensi individu dapat menggambarkan tingkat kemalasan seseorang yang menjadi musuh bagi orang-orang yang berusaha menggapai kesuksesan.
4. Adil – Bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau secara sederhana tidak memihak dan taat asas. Sikap berat sebelah akan muncul bila sikap adil tidak dimiliki individu, hal ini akan menyebabkan individu mudah memiliki sikap iri hati, sehingga permusuhan yang memberikan bahaya akibat jika tidak ada keadilan dalam masyarakat.
5. Saling Tolong Menolong – Komponen ini menjadi komponen mutlak yang harus dimiliki individu. Perbedaan sudah jelas akan terjadi dalam suatu sistem, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang pintar,ada yang kurang pintar dan lain sebagainya, apabila perbedaan tersebut tidak didasari dengan komponen ini, ketimpangan akan terjadi, sehingga kerukunan ataupun ketentraman akan terganggu. Kelima butir akhlak tersebut menjadi sangat vital bagi individu itu sendiri, maupun bagi bangsa.
Berbagai peristiwa penyimpangan norma diatas, selain karena tidak standarnya kecerdasan otak individu, juga disebabkan oleh lemahnya akhlak yang tertanam dalam jiwa pelaku-pelaku penyimpangan tersebut. Perpaduan komponen kecerdasan otak dengan kelima butir akhlak yang telah disebutkan, menjadi sebuah kunci tersendiri bagi suatu bangsa, guna membangun bangsa yang memiliki integritas. Kesempurnaan karakter, harus terus dipupuk sejak dini. Oleh karena itu, keteladanan terhadap generasi penerus harus selalu di tunjukkan oleh seluruh komponen bangsa, bukan hanya pejabat, tapi juga seluruh masyarakat.
[accordion]
[toggle title=”Baca juga artikel ppkn lainnya :”]
- organisasi lingkungan sekolah dan masyarakat
- struktur komite sekolah
- pengertian amnesti
- fungsi pancasila
- konsep MEA
- macam macam ideologi di dunia
- fungsi lembaga swadaya masyarakat
- fungsi lembaga politik di Indonesia
- peran dan fungsi BI
- pengertian GRASI
- fungsi NATO
- bhinneka tunggal ika
- jenis jenis koperasi
- tujuan ASEAN
- fungsi dewan keamanan PBB
- fungsi APBN
[/toggle]
[/accordion]